Disusun
oleh:
Nindy Arnila Marizal 132050085
PRODI: ILMU KOMUNIKASI
JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM
STUDI ILMU KOMUNIKASI
Dengan menghaturkan puji syukur ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tugas makala tentang Feature mata kuliah Cyber
Media Komunikasi yang diberi judul “Tugas
Cyber Media Makalah Tentang Feature”
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Bandung, 02 Desember 2015
Penulis
1.1 Latar
Belakang
Ketika
jurnalisme memakai pendekatan sastra, teknik penulisan feature menjadi sarana untuk mengembangkan gaya penulisan berita (news) yang mengupas masalah human
interest, dan penulisan opini (views) sebagai sarana untuk memikat
pembaca dengan sajian penulisan yang ringan, cair, dan tak sulit dipahami. Ada
saatnya suatu berita tidak dapat ditulis dengan fakta liputan yang sebenarnya
dikarenakan alasan kode etik jurnalistik. Pada saat itulah dunia sastra
berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori penulisannya oleh Wolfe dalam
bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan
jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi,
proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal kaitan penyajian
serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis berusaha untuk memaparkan lebih jelas tentang
sejarah feature dalam media massa, pengertian Feature serta hal lain yang
menyangkut paut dengan feature itu sendiri,
1.2 Rumusan Masalah
1 .
Bagaimana awal terbentuknya dan apa
pengertian dari Feature ?
2 .
Apa saja fungsi dan karakter dari News
Feature?
3 .
Apa saja jenis-jenis dan struktur Feature?
4 .
Bagaimana tahapan atau proses pembuatan
Feature?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah
ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada penulis utamanya dan kepada
pembaca pada umumnya tentang pengertian dari Feature yang akan penulis bahas
pada makalah ini.
2.1
Sejarah dan Pengertian Feature
2.1.1 Lahirnya
Feature dalam Media Massa
Awal
mula lahirnya feature dalam suatu surat kabar harian diperkenalkan oleh Thomas
Wolfe. Keinginannya untuk menulis dengan cara yang berbeda yang gagasannya
dilatarbelakangi oleh dunia wartawan Amerika tahun 1928-an. Latar belakang
penulisan feature lainnya ialah pimpinan seorang mahasiswa jurnalistik yang
mempunyai keinginan untuk menulis novel. Pada saat itu Wolfe yang menjadi
mahasiswa jurnalistik telah lulus tingkat doctoral (1957) dan mulai bekerja di
New York Herald Tribune (1962). Realitas dunia industri AS pada saat itu tidak
menjanjikan penyelesaian bagi persoalan-persoalan di masyarakat. Wolfe sebagai
inspirator jurnalisme sastra merasa frustasi dengan gaya penulisan lama yang
tidak mengakomodasi kemampuannya untuk mempertunjukkan kembali (recreate)
atmosfer fakta – liputan.
Pada
saat itulah dunia sastra berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori
penulisannya oleh Wolfe dalam bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi
untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta,
perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal
kaitan penyajian serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.
Melvin
Mencher , 1997 (oleh Ellen Wilson dalam The Purpose Decades: A Reader, 1982)
menyebut bentuk penulisan jurnalistik yang memakai gaya fiksi lanjutan dari
gaya nonfiksi tahun 1950-an sebagai antisenden bagi kerja jurnalistik. Bentuk
tulisannya dinilai memperkenalkan cara penulisan baru.
Penulisan
feature menurut Williamson dalam Kurnia (2005:5) nilai berita dalam feature
tersebut berita peristiwanya mesti dikreasikan kembali secara subjektif agar
enak dibaca dan perlu informasinya tanpa meniadakan akurasi dan verifikasi
fakta.
Jadi
kemunculan feature dalam suatu harian tidak lepas dari sebuah gaya penulisan
yang subjektif. Lebih lanjut disebutkan oleh Kurnia penulis yang amat baik erat
dengan idealisme tertentu. Ia mendedikasikan tulisannya untuk melayani pembaca
yang memercayainya bahwa ia akan memberikan informasi yang akurat dan lengkap,
sembari tetap menghargai pendapat orang lain yang berlainan. Para wartawan
penulisan feature mendedikasikan tulisannya dalam bentuk representasi subjektif
dari penulisannya.
Dari
eksperimentasi sastra kemudian telah dikembangkan penulisan feature menjadi dua
klasifikasi, yaitu teknik penulisan berita (news feature) dan teknik
penulisan artikel (article feature). Pada saat ini yang dibutuhkan oleh
massa adalah gaya penulian fleksibel yang tidak biasa agar bisa menampung
segala hal yang dihilangkan dalam straight news/ pelaporan
jurnalistik yang merupakan karnaval pelbagai pikiran dan emosi orang-orang yang
pada saat itu diamati.
Dalam
jurnalisme sastra telah disebutkan bahwa feature adalah kategori lain penulian
koran yang pada saat itu mengedepankan model hard news. Pada tahun
1960-an, kelainan itu mulai didiskusikan kalangan akademisi yang berupaya
membakukan tata nilai dalam dunia jurnalisme.
Prof.
Georde. A. High (Michigan State University) dalam buku News Writing (1975)
telah menyebutkan bahwa feature meningkatkan kualitas pemahaman pembaca pada
kealamiahan pelbagai situasi kemanusiaan. Dalam hal ini, penulian menjadi
bagian dari sebuah kejadian atau bagian dari sesuatu yang terjadi.[1]
2.1.2 Pengertian
Feature
Feature
merupakan bentuk tulisan yang dalam dan enak untuk disimak. Kisahnya
deskriptif, memaparkan peristiwa secara objektif, sehingga bisa membangkitkan
bayangan-bayangan kejadian yang sesungguhnya kepada pembaca.
Secara
sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta
dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau
karangan khas, karena feature bukanlah penuturan atau laporan tentang fakta
secara lurus atau lempang sebagaimana dijumpa pada berita langsung (straight
news).
River
(1967) dalam bukunya the mass media: reporting, writing, editing. ia
mengatakan bahwa kita mempunyai kisah atas fakta-fakta yang telanjang, dan itu
kita sebut berita. Menurut Mc. Kinney, Feature adaah suatu tulisan yang berada
di luar tulisan bersifat berita langsung. Dalam tulisan ini pegangan utama 5W1H
dapat diabaikan. Sedangkan Wolseley dan Campbell dalam Exploring Juornalism
(1957) memasukkan featre pada surat kabar ke dalam segi hiburan
(entertainment). Secara gamblang ia mengiaskan feature pada surat kabar sebagai
asinan dalam sajian makanan. Ia idak memberikan kalori utama, tetapi ia
menimbulkan selera makan dan penyedap. Ia merupakan bagian cukup penting,
sehingga surat kabar memenuhi pula fungsi ketiga yang tidak dapat diabaikan,
yakni hiburan (entertainment) di samping fungsi memberi informasi dan
pendidikan (Assegaff, 1983:55)[2]
Penulis
feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar
dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar
masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan
tokoh utama. Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan
jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk
berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk
mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.
Batasan
feature macam-macam. Umumnya orang mengartikannya sebagai : karangan khas.
Rasanya, pengertian itu belum menjelaskan apa-apa. Deskripsi feature yang agak
jelas barangkali yang ini, “cerita feature adalah artikel yang kreatif,
kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan
member informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek
kehidupan”.
Asep
Syamsul M. Romli (2009:22-23), penulis buku jurnalistik, praktisi media
dan dosen di sejumlah perguruan tinggi, menjelaskan bahwa dari sejumlah pengertian
feature yang ada, dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature, antara
lain:
1.
Mengandung segi human interest
Tulisan
feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah
emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah
feature juga harus mengandung segi human interest atau human
touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft
news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi.
Berbeda dengan hard news (berita keras), yang isinya mengacu
kepada dan pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran.
2.
Mengandung unsur sastra
Satu
hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra.
Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature
mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun
tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada
prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.[3]
2.2
Fungsi dan Karakterisik Feature
2.2.1
Fungsi Feature
Dengan
kedudukan yang sangat penting dan tak tergantikan tersebut, maka fungsi feature
mencakup lima hal :
1.
Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian
berita langsung (straight news)
2.
Pemberi informasi tentang situasi, keadaan,
atau peristiwa yang terjadi
3.
Penghibur atau sarana rekreasi dan
pengembangan imajinasi yang menyenangkan
4.
Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu
keadaan atau peristiwa
5.
Sarana ekspresi yang paling efektif dalam
mempengaruhi khalayak[4]
2.2.2
Karakteristik Feature
1.
Kreatif
Memungkinkan
penulis “mencipta” sebuah cerita (dengan teknik berkisah), namun bukan cerita
fiktif. Laporan feature harus mengkreasikan sudut pandang penulis berdasarkan
riset terhadap fakta-fakta yang telah ditelusuri.
2.
Subjektif
Dengan
penggunaan model aku, memungkinkan penulis memasukkan emosi dan pikirannya.
Sangat mungkin menggunakan sudut pandang orang pertama, atau “saya” dengan
emosi campur nalar, sebagai cara mendapatkan fakta-fakta.
3.
Informatif
Feature
memang terkadang tidak memiliki nilai berita. Ia justeru cenderung memberi
nilai informasi mengenai situasi/aspek kehidupan. Materi laporan tentang hal
yang ringan, namun berguna bagi masyarakat. Seperti situasi saat peristiwa
terjadi dan tidak diliput media lain.
4.
Menghibur
Bahan
feature dengan sengaja dicarikan dari cerita yang ekslusif dan ditulis secara
mendalam (indepth), termasuk aspek humor yang menyertainya. Laporan harus
berwarna-warni terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, selingkuh,
bencana alam dll, sehingga pembaca larut dalam kesedihan atau malah tertawa
terbahak-bahak.
5.
Awet / Tidak Dibatasi Waktu (unperishable)
Berita
bisa basi dalam 24 jam, tapi feature tak akan pernah basi bahwa feature tidak
lapuk dimakan deadline, karena topiknya dibahas secara mendalam.
2.3
Jenis-Jenis Feature
Menurut
Wolseley dan Campbell dalam exploring Juornalism (Assegaff,1983:56),
paling tidak terdapat enam jenis feature yang kita kenali sehari-hari: (1)
feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah
( hystorical Feature), (3) feature biografi atau tentang riwayat perjalanan
hidup seorang tokoh (bigrafical feature) (4) Feature perjalanan (travelogue
feature), (5) Feature yang mengajarkan sesuatu keahlian atau petunjuk
praktis ( how to do feature), dan (6) feature ilmiah (scientific
faeture).
1.
Feature Human Interest
Yaitu
Feature yang muatan isinya langsung dapat menyentuh rasa perikemanusiaan
pembaca, seperti kegembiraan, kejengkelan, bahkan kebenciannya. Misalnya,
cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, kehidupan seorang petugas
kebersihan di jalanan, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil,
suka-duka menjadi dai di wilayah pedalaman, atau kisah seorang penjahat yang
dapat menimbulkan kejengkelan.
2.
Feature Profil Tokoh (biografi)
Featur
biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang, terutama kalangan
tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure,
atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu
yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia, senantiasa mendapat tempat yag
terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.
Misalnya, riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang
berprestasi, atau seseorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita
tinggi. Itu sebabnya, kita bisa menuliskan tentang profil para pemimpin Islam
di masa lalu, misalnya. Atau kita juga bisa cerita tentang kisahnya
al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang menemukan angka nol.
3.
Feature Perjalanan/Petualangan
Feature
ini biasanya ditulis oleh pelaku perjalanan atau petualangan secara langsung
atau tak langsung. Tulisan ini mengungkap laporan kisah perjalanan, fakta-fakta
yang ditemui, dan kesan-kesan yang dirasakan selama perjalanan itu. Feature
yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat
tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang di nilai memiliki daya tarik
tertentu.
Dalam Feature jenis ini, subjektifitas penulis sangat menonjol dengan sudut
pandang “aku” atau “kami”. Misalnya, tentang perjalanan menunaikan ibadah haji.
4.
Feature Sejarah
Feature
ini bercerita tentang fakta-fakta sejarah peristiwa dan tokoh masa lampau di
suatu daerah atau tempat. Berbagai tempat dan peninggalan bersejarah, sejak
ribuan tahun silam hingga satu abad terakhir, baik dalam lingkup nasional dan
internasional maupun dalam lingkup regional dan lokal, senantiasa menjadi objek
cerita feature yang amat menarik. contohnya tentang peristiwa proklamasi
kemerdekaan RI, peristiwa Keruntuhan Khilafah Islamiyah, sejarah tentang
Istana al-Hamra dan benteng Granada. Melongok kejayaan Islam di masa lalu.
Sejarah tentang kekejaman tentara Salib saat membantai kaum muslimin, sejarah
pertama kali Islam masuk ke Indonesia dan sebagainya. Feature sejarah yang
baik, mampu membawa pembacanya ke masa silam. Seolah para pembaca ikut masuk ke
dalam peristiwa sejarah yang dibacanya.
5.
Feature Tips (how to do feature)
Feature
ini dikenal juga dengan informasi how to do it. Misalnya tentang
memasak, merangkai bunga, membangun rumah, seni mendidik anak, panduan memilih
perguruan tinggi, cara mengendarai bajaj, teknik beternak bebek, seni melobi
calon mertua dan sebagainya.
6.
feature Ilmiah (Scientific Feature)
feature
yang mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan,
disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris,
kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam
bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI dan Jepang, kisah tentang perjalan Niel
Amstrong ke Bulan, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk
dibaca, didengar, atau ditonton.
Feature
ilmiah, tentu saja hanya akan berhasil sebagai suatu cerita pendek faktual (
true story), apabila penulisannya adalah orang yang sangat mencintai dunia
iptek. Ia dekat dan bahkan terlibat luar-dalam dengan dunia yang dikisahkannya.
Ia sangat menguasai masalah. Ia juga pemeran atau seorang partisipan. Feature
ilmiah, biasanya lebih banyak tampil di telivisi daripada di radio dan majalah.
Ia tak ubahnya film atau sinetron. Kelebihan fature ilmiah sebagai film atau
sebagai sinetron inilah yang tak bisa ditandingi oleh surat kabar atau radio.
Televisi, memang unggul dalam aspek visualisasi, dramatisasi, dan eksploitasi
emosi.[5]
2.4
Struktur Umum Feature
Secara
umum feature memiliki struktur berupa model blok:
Kekuatan model penulisan blok juga dapat mempertahankan daya tarik cerita
dari awal hingga akhir. Membuat cerita selalu menarik dan penuh kejutan.
Struktur feature terdiri
atas lead, tubuh dan penutup. Namun, Roy Paul Nelson dalam buku “feature
and Article” mengaitkan hubungan antara feature dengan
kajian jurnalisme sastra dalam sturuktur penulisan jurnalistik. Menurutnya,
pengaruh sastra telah mengadopsi struktur penulisan feature kedalam
urutan unsur judul, lead, tubuh dan penutup. Dalam penulisannya,
judul adalah awal penarik minat pembaca. Pembaca yang penasaran ketika membaca
judul yang aneh akan mencoba untuk mulai membaca lead-nya. Judul
berbeda dengan headlines berita. Judul tidak perlu mengikuti
seperangkat aturan yang mengikat headlines. Dalam feature judul
bukan berupa ringkasan tulisan. Kepentingan judul didalam feature hanya
sebagai penggugah pembaca dan menarik atensi pembaca.
Judul
terbagi ke dalam berbagai jenis, diantaranya :
- Judul
dari titik pandang isi
contoh :
6,5 Penganggur di Jabar,
- Judul how
to (bagaiman untuk)
contoh :
Pintar Bagi Waktu, Gimana Caranya?
- Judul
5W+1H
contoh : who =
Ian Antono Lebih Suka Sedan, what = Dana Pendidikan pun
Dinikmati Koruptor, where = Kebakaran di Pasar Baru, when =
Tahun 2000, Abad Milenium Bergerak, why = Isu Agama Kerap
Dijadikan Alat Kepentingan Kekuasaan, how = Arteri Kaku?
Makanlah Agar-Agar
- Judul
superlatif
contoh :
Dian Olivia, Perempuan tercantik Sejagat
- Judul
bertanya
contoh : Pakai
Kacamata Jadi Norak ?
- Judul
dari titik pandang bentuk
contoh :
Nyoblos Sih Gampang, yang Penting Duitnya…?
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan judul, yaitu :
ritem
(rima), humor, penyatuan kontras dan ironi, kategori the Take Off (semacam
parodi dari judul buku, slogan iklan, program TV atau ekspresi-ekspresi populer
lainnya), blurb(istilah bagi deretan kalimat keterangan yang
diletakkan sebelum atau sesudah judul yang berfungsi menjelaskan judul, bukan
untuk menegaskannya kembali.
Dalam
menulis feature, lead menjadi sebuah standar bagi
penulisan berita dan feature.Lead dibuat untuk menarik
perhatian pembaca untuk mengikuti, memperlancar penuturan dan pemaparan kisah.
Jenis-jenis lead,
diantaranya : lead ringkasan, lead Humor, lead naratif, lead deskristif,lead kutipan, lead pertanyaan, lead pertanyaan
mengejutkan, lead kejutan, leadgeneralisasi, lead informatif, lead menunjuk
langsung, lead penggoda, lead teka-teki, leadpebandingan, lead seni
dan lead gabungan.
Setelah
menulis lead, barulah kita membuat badan tulisan. Hal yang
menjadi acuan dalam membuat badan tulisan adalah menjaga pembaca agar tidak
bosan dan penggunaan kutipan.
Kutipan
memberi penjelasan yang membeberkan berbagai hal otentik mengenai berbagai
subyek laporan. Tiap kutipan harus mewakili artukulasi keahlian orang yang
mengungkapkannya. Berikut adalah cara merangkai tulisan dalam body :
- Paragraf
diawali dengan bahan yang kuat untuk mendorong pembaca
- Menggunakan
kata penghubung sehemat mungkin. Termasuk definisi biasa sebisa mungkin
- Memoles
bagian sulit dan membosankan dengan human interst.
- Kutipan
pakar
- Sederhana
dalam analogi
- Uraikan
bahan statistik
- Latar
belakang
Disamping
poin itu juga seorang penulis harus memperhatikan unity,
coherence danemphasis dari tulisannya. Berikutnya,
bagian penutup menjadi bagian maha penting dalam sebuah tulisan feature.
Penulis harus bisa meringkas poin-poin penting di akhir atau menyajikan fakta
baru sebagai akhir dari cerita.
Jenis-jenis
penutup, yaitu : ringkasan, klimaks, cut back / flash back, model
seutas benang, naratif, deskripsi, gabungan (informatif, ringkasan dan
kejutan), dan tanpa penyelesaian.[6]
2.5 Tahapan
Pembuatan Feature
a.
tahap orientasi
b.
proses
c.
resolusi
Contoh Feature:
Dedeh
Rosmana (48), Ibu dengan dua anak ini rupanya ber profesi sebagai tukang jahit
di komplek perumahan Griya Bandung Indah sejak tahun 2008. Tujuh tahun sudah
beliau menjadi tukang jahit rumahan, awalnya ibu dedeh ber profesi sebagai ibu
rumah tangga saja menjaga kedua anaknya sambil menunggu suaminya pulang
bekerja. Dengan pendapatan suaminya yang pas-pasan akhirnya beliau berfikir
untuk membuka tempat jahit dirumahnya. Karena sebelum menikah, beliau sempat
menjadi tukang jahit di sebuah butik rumahan dan kemampuan tersebut muncul
karena pada saat sekolah menengah atas beliau sempat mengikuti kursus menjahit
selama satu tahun. Walaupun uang dihasilkannya pas-pas an beliau tetap
bersyukur dan selalu semangat pantang menyerah.
Dengan kemampuan
tersebut akhirnya Ibu Dedeh membuka usaha jahit di rumahnya yang kecil dan
sederhana. Menurut beliau, meskipun ia buka tukang jahit professional tapi ia
tidak ingin mengecewakan pelanggan dengan hasil jahitannya. Dengan sikapnya
yang baik terhadap tetangga dan warga lainnya maka dari itu Ibu Dedeh selalu
dipercaya oleh warga setempat untuk menjadi tukang jahit yang recommended.
Saya sebagai salah satu
langganannya tidak pernah kecewa dengan hasil kerja jahitannya, karena selama
ini saya selalu berlangganan menjahit kepada beliau. Dan warga blok kami selalu
mempercayakan kepada beliau apabila ada suatu acara kegiatan yang melibatkan
harusnya ada pembuatan kostum. Seperti Ibu-ibu pengajian, PKK dll. Dengan hasil
jahitnya yang tidak mengecewakan dan harganya pun sangat terjangkau.
Menurut saya, meskipun
beliau hanya seorang tukang jahit rumahan di rumahnya yang kecil dan sederhana.
Saya yakin suatu saat nanti beliau akan menjadi tukang jahit professional dan
handal yang dapat dikenal di seluruh Indonesia
serta dapat mempunyai pegawainya sendiri, dengan usaha dan tekad yang ia
lakukan pasti akan membawakan hasil yang baik untuk kedepannya.
Teknik
penulisan feature menjadi sarana untuk mengembangkan gaya penulisan berita (news)
yang mengupas masalah human interest, dan penulisan opini (views)
sebagai sarana untuk memikat pembaca dengan sajian penulisan yang ringan, cair,
dan tak sulit dipahami. Ada saatnya suatu berita tidak dapat ditulis dengan
fakta liputan yang sebenarnya dikarenakan alasan kode etik jurnalistik. Pada
saat itulah dunia sastra berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori
penulisannya oleh Wolfe dalam bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi
untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta,
perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal
kaitan penyajian serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.
Dalam
jurnalisme sastra telah disebutkan bahwa feature adalah kategori lain penulian
koran yang pada saat itu mengedepankan model hard news. Pada tahun
1960-an, kelainan itu mulai didiskusikan kalangan akademisi yang berupaya
membakukan tata nilai dalam dunia jurnalisme.
Dengan
kedudukan yang sangat penting dan tak tergantikan tersebut, maka fungsi feature
mencakup lima hal :
1.
Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian
berita langsung (straight news)
2.
Pemberi informasi tentang situasi, keadaan,
atau peristiwa yang terjadi
3.
Penghibur atau sarana rekreasi dan
pengembangan imajinasi yang menyenangkan
4.
Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu
keadaan atau peristiwa
5.
Sarana ekspresi yang paling efektif dalam
mempengaruhi khalayak
Jenis-jenis
feature:
Menurut
Wolseley dan Campbell dalam exploring Juornalism (Assegaff,1983:56),
paling tidak terdapat enam jenis feature yang kita kenali sehari-hari: (1)
feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah
( hystorical Feature), (3) feature biografi atau tentang riwayat perjalanan
hidup seorang tokoh (bigrafical feature) (4) Feature perjalanan (travelogue
feature), (5) Feature yang mengajarkan sesuatu keahlian atau petunjuk
praktis ( how to do feature), dan (6) feature ilmiah
(scientific faeture).
Secara
umum feature memiliki struktur berupa model blok:
Kekuatan model penulisan blok juga dapat mempertahankan daya tarik cerita
dari awal hingga akhir. Membuat cerita selalu menarik dan penuh kejutan.
Romli,
Asep Syamsul M. Jurnalistik Prakis untuk Pemula, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2009