Rabu, 02 Desember 2015

MAKALAH TENTANG FEATURE

TUGAS CYBER MEDIA
MAKALAH TENTANG FEATURE















Disusun oleh:
Nindy Arnila Marizal    132050085
PRODI: ILMU KOMUNIKASI
JURNALISTIK






UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
BANDUNG

2013













KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makala tentang Feature mata kuliah Cyber Media  Komunikasi yang diberi judul “Tugas Cyber Media Makalah Tentang Feature”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.


Bandung, 02 Desember 2015



Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

      1.1  Latar Belakang
           Ketika jurnalisme memakai pendekatan sastra, teknik penulisan feature menjadi sarana       untuk mengembangkan gaya penulisan berita (news) yang mengupas masalah human interest, dan penulisan opini (views) sebagai sarana untuk memikat pembaca dengan sajian penulisan yang ringan, cair, dan tak sulit dipahami. Ada saatnya suatu berita tidak dapat ditulis dengan fakta liputan yang sebenarnya dikarenakan alasan kode etik jurnalistik. Pada saat itulah dunia sastra berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori penulisannya oleh Wolfe dalam bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal kaitan penyajian serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha untuk memaparkan lebih jelas tentang sejarah feature dalam media massa, pengertian Feature serta hal lain yang menyangkut paut dengan feature itu sendiri,

    1.2  Rumusan Masalah
1          .     Bagaimana awal terbentuknya dan apa pengertian dari Feature ?
2          .     Apa saja fungsi dan karakter dari News Feature?
3          .     Apa saja jenis-jenis dan struktur Feature?
4          .     Bagaimana tahapan atau proses pembuatan Feature?



    1.3  Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada penulis utamanya dan kepada pembaca pada umumnya tentang pengertian dari Feature yang akan penulis bahas pada makalah ini.









BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Pengertian Feature

2.1.1 Lahirnya Feature dalam Media Massa
Awal mula lahirnya feature dalam suatu surat kabar harian diperkenalkan oleh Thomas Wolfe. Keinginannya untuk menulis dengan cara yang berbeda yang gagasannya dilatarbelakangi oleh dunia wartawan Amerika tahun 1928-an. Latar belakang penulisan feature lainnya ialah pimpinan seorang mahasiswa jurnalistik yang mempunyai keinginan untuk menulis novel. Pada saat itu Wolfe yang menjadi mahasiswa jurnalistik telah lulus tingkat doctoral (1957) dan mulai bekerja di New York Herald Tribune (1962). Realitas dunia industri AS pada saat itu tidak menjanjikan penyelesaian bagi persoalan-persoalan di masyarakat. Wolfe sebagai inspirator jurnalisme sastra merasa frustasi dengan gaya penulisan lama yang tidak mengakomodasi kemampuannya untuk mempertunjukkan kembali (recreate) atmosfer fakta – liputan.
Pada saat itulah dunia sastra berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori penulisannya oleh Wolfe dalam bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal kaitan penyajian serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.
Melvin Mencher , 1997 (oleh Ellen Wilson dalam The Purpose Decades: A Reader, 1982) menyebut bentuk penulisan jurnalistik yang memakai gaya fiksi lanjutan dari gaya nonfiksi tahun 1950-an sebagai antisenden bagi kerja jurnalistik. Bentuk tulisannya dinilai memperkenalkan cara penulisan baru.
Penulisan feature menurut Williamson dalam Kurnia (2005:5) nilai berita dalam feature tersebut berita peristiwanya mesti dikreasikan kembali secara subjektif agar enak dibaca dan perlu informasinya tanpa meniadakan akurasi dan verifikasi fakta.
Jadi kemunculan feature dalam suatu harian tidak lepas dari sebuah gaya penulisan yang subjektif. Lebih lanjut disebutkan oleh Kurnia penulis yang amat baik erat dengan idealisme tertentu. Ia mendedikasikan tulisannya untuk melayani pembaca yang memercayainya bahwa ia akan memberikan informasi yang akurat dan lengkap, sembari tetap menghargai pendapat orang lain yang berlainan. Para wartawan penulisan feature mendedikasikan tulisannya dalam bentuk representasi subjektif dari penulisannya.
Dari eksperimentasi sastra kemudian telah dikembangkan penulisan feature menjadi dua klasifikasi, yaitu teknik penulisan berita (news feature) dan teknik penulisan artikel (article feature). Pada saat ini yang dibutuhkan oleh massa adalah gaya penulian fleksibel yang tidak biasa agar bisa menampung segala hal yang dihilangkan dalam straight news/ pelaporan jurnalistik yang merupakan karnaval pelbagai pikiran dan emosi orang-orang yang pada saat itu diamati.
Dalam jurnalisme sastra telah disebutkan bahwa feature adalah kategori lain penulian koran yang pada saat itu mengedepankan model hard news. Pada tahun 1960-an, kelainan itu mulai didiskusikan kalangan akademisi yang berupaya membakukan tata nilai dalam dunia jurnalisme.
Prof. Georde. A. High (Michigan State University) dalam buku News Writing (1975) telah menyebutkan bahwa feature meningkatkan kualitas pemahaman pembaca pada kealamiahan pelbagai situasi kemanusiaan. Dalam hal ini, penulian menjadi bagian dari sebuah kejadian atau bagian dari sesuatu yang terjadi.[1]

2.1.2 Pengertian Feature
Feature merupakan  bentuk tulisan yang dalam dan enak untuk disimak. Kisahnya deskriptif, memaparkan peristiwa secara objektif, sehingga bisa membangkitkan bayangan-bayangan kejadian yang sesungguhnya kepada pembaca.
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau karangan khas, karena feature bukanlah penuturan atau laporan tentang fakta secara lurus atau lempang sebagaimana dijumpa pada berita langsung (straight news).
River (1967) dalam bukunya  the mass media: reporting, writing, editing. ia mengatakan bahwa kita mempunyai kisah atas fakta-fakta yang telanjang, dan itu kita sebut berita. Menurut Mc. Kinney, Feature adaah suatu tulisan yang berada di luar tulisan bersifat berita langsung. Dalam tulisan ini pegangan utama 5W1H dapat diabaikan. Sedangkan Wolseley dan Campbell dalam Exploring Juornalism (1957) memasukkan featre pada surat kabar ke dalam segi hiburan (entertainment). Secara gamblang ia mengiaskan feature pada surat kabar sebagai asinan dalam sajian makanan. Ia idak memberikan kalori utama, tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Ia merupakan bagian cukup penting, sehingga surat kabar memenuhi pula fungsi ketiga yang tidak dapat diabaikan, yakni hiburan (entertainment) di samping fungsi memberi informasi dan pendidikan (Assegaff, 1983:55)[2]
Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama. Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.
Batasan feature macam-macam. Umumnya orang mengartikannya sebagai : karangan khas. Rasanya, pengertian itu belum menjelaskan apa-apa. Deskripsi feature yang agak jelas barangkali yang ini, “cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan member informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan”.
Asep Syamsul M. Romli (2009:22-23), penulis buku jurnalistik, praktisi media dan  dosen di sejumlah perguruan tinggi, menjelaskan bahwa dari sejumlah pengertian feature yang ada, dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature, antara lain:
1. Mengandung segi human interest
Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news (berita keras), yang isinya mengacu kepada dan pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran.
2. Mengandung unsur sastra
Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.[3]
2.2 Fungsi dan Karakterisik Feature
2.2.1 Fungsi Feature
Dengan kedudukan yang sangat penting dan tak tergantikan tersebut, maka fungsi feature mencakup lima hal :
1.     Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news)
2.     Pemberi informasi tentang situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi
3.     Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan
4.     Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa
5.     Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak[4]

2.2.2 Karakteristik Feature
1. Kreatif
Memungkinkan penulis “mencipta” sebuah cerita (dengan teknik berkisah), namun bukan cerita fiktif. Laporan feature harus mengkreasikan sudut pandang penulis berdasarkan riset terhadap fakta-fakta yang telah ditelusuri.

2. Subjektif
Dengan penggunaan model aku, memungkinkan penulis memasukkan emosi dan pikirannya. Sangat mungkin menggunakan sudut pandang orang pertama, atau “saya” dengan emosi campur nalar, sebagai cara mendapatkan fakta-fakta.

3. Informatif
Feature memang terkadang tidak memiliki nilai berita. Ia justeru cenderung memberi nilai informasi mengenai situasi/aspek kehidupan. Materi laporan tentang hal yang ringan, namun berguna bagi masyarakat. Seperti situasi saat peristiwa terjadi dan tidak diliput media lain.

4. Menghibur
Bahan feature dengan sengaja dicarikan dari cerita yang ekslusif dan ditulis secara mendalam (indepth), termasuk aspek humor yang menyertainya. Laporan harus berwarna-warni terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, selingkuh, bencana alam dll, sehingga pembaca larut dalam kesedihan atau malah tertawa terbahak-bahak.


5. Awet / Tidak Dibatasi Waktu (unperishable)
Berita bisa basi dalam 24 jam, tapi feature tak akan pernah basi bahwa feature tidak lapuk dimakan deadline, karena topiknya dibahas secara mendalam.

2.3 Jenis-Jenis Feature
Menurut Wolseley dan Campbell dalam  exploring Juornalism (Assegaff,1983:56), paling tidak terdapat enam jenis feature yang kita kenali sehari-hari: (1) feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah ( hystorical Feature), (3) feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seorang tokoh (bigrafical feature) (4) Feature perjalanan (travelogue feature), (5) Feature yang mengajarkan sesuatu keahlian atau petunjuk praktis ( how to do feature), dan (6) feature ilmiah (scientific faeture).
1.     Feature Human Interest
Yaitu Feature yang muatan isinya langsung dapat menyentuh rasa perikemanusiaan pembaca, seperti kegembiraan, kejengkelan, bahkan kebenciannya. Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, kehidupan seorang petugas kebersihan di jalanan, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, suka-duka menjadi dai di wilayah pedalaman, atau kisah seorang penjahat yang dapat menimbulkan kejengkelan.

2.     Feature Profil Tokoh (biografi)
Featur biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang, terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia, senantiasa mendapat tempat yag terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia. Misalnya, riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi. Itu sebabnya, kita bisa menuliskan tentang profil para pemimpin Islam di masa lalu, misalnya. Atau kita juga bisa cerita tentang kisahnya al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang menemukan angka nol.

3.     Feature Perjalanan/Petualangan
Feature ini biasanya ditulis oleh pelaku perjalanan atau petualangan secara langsung atau tak langsung. Tulisan ini mengungkap laporan kisah perjalanan, fakta-fakta yang ditemui, dan kesan-kesan yang dirasakan selama perjalanan itu. Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang di nilai memiliki daya tarik tertentu.
Dalam Feature jenis ini, subjektifitas penulis sangat menonjol dengan sudut pandang “aku” atau “kami”. Misalnya, tentang perjalanan menunaikan ibadah haji.

4.     Feature Sejarah
Feature ini bercerita tentang fakta-fakta sejarah peristiwa dan tokoh masa lampau di suatu daerah atau tempat. Berbagai tempat dan peninggalan bersejarah, sejak ribuan tahun silam hingga satu abad terakhir, baik dalam lingkup nasional dan internasional maupun dalam lingkup regional dan lokal, senantiasa menjadi objek cerita feature yang amat menarik. contohnya tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan RI,  peristiwa Keruntuhan Khilafah Islamiyah, sejarah tentang Istana al-Hamra dan benteng Granada. Melongok kejayaan Islam di masa lalu. Sejarah tentang kekejaman tentara Salib saat membantai kaum muslimin, sejarah pertama kali Islam masuk ke Indonesia dan sebagainya. Feature sejarah yang baik, mampu membawa pembacanya ke masa silam. Seolah para pembaca ikut masuk ke dalam peristiwa sejarah yang dibacanya.

5.     Feature Tips (how to do feature)
Feature ini dikenal juga dengan informasi how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangun rumah, seni mendidik anak, panduan memilih perguruan tinggi, cara mengendarai bajaj, teknik beternak bebek, seni melobi calon mertua dan sebagainya.

6.     feature Ilmiah (Scientific Feature)
feature yang mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI dan Jepang, kisah tentang perjalan Niel Amstrong ke Bulan, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton.
Feature ilmiah, tentu saja hanya akan berhasil sebagai suatu cerita pendek faktual ( true story), apabila penulisannya adalah orang yang sangat mencintai dunia iptek. Ia dekat dan bahkan terlibat luar-dalam dengan dunia yang dikisahkannya. Ia sangat menguasai masalah. Ia juga pemeran atau seorang partisipan. Feature ilmiah, biasanya lebih banyak tampil di telivisi daripada di radio dan majalah. Ia tak ubahnya film atau sinetron. Kelebihan fature ilmiah sebagai film atau sebagai sinetron inilah yang tak bisa ditandingi oleh surat kabar atau radio. Televisi, memang unggul dalam aspek visualisasi, dramatisasi, dan eksploitasi emosi.[5]

2.4 Struktur Umum Feature
Secara umum feature memiliki struktur berupa model blok:
Kekuatan model penulisan blok juga dapat mempertahankan daya tarik cerita dari awal hingga akhir. Membuat cerita selalu menarik dan penuh kejutan.
Struktur feature terdiri atas lead, tubuh dan penutup. Namun, Roy Paul Nelson dalam buku “feature and Article” mengaitkan hubungan antara feature dengan kajian jurnalisme sastra dalam sturuktur penulisan jurnalistik. Menurutnya, pengaruh sastra telah mengadopsi struktur penulisan feature kedalam urutan unsur judul, lead, tubuh dan penutup. Dalam penulisannya, judul adalah awal penarik minat pembaca. Pembaca yang penasaran ketika membaca judul yang aneh akan mencoba untuk mulai membaca lead-nya. Judul berbeda dengan headlines berita. Judul tidak perlu mengikuti seperangkat aturan yang mengikat headlines. Dalam feature judul bukan berupa ringkasan tulisan. Kepentingan judul didalam feature hanya sebagai penggugah pembaca dan menarik atensi pembaca.
Judul terbagi ke dalam berbagai jenis, diantaranya :
- Judul dari titik pandang isi
contoh : 6,5 Penganggur di Jabar,
- Judul how to (bagaiman untuk)
contoh : Pintar Bagi Waktu, Gimana Caranya?
- Judul 5W+1H
contoh : who = Ian Antono Lebih Suka Sedan, what = Dana Pendidikan pun Dinikmati Koruptor, where = Kebakaran di Pasar Baru, when = Tahun 2000, Abad Milenium Bergerak, why = Isu Agama Kerap Dijadikan Alat Kepentingan Kekuasaan, how = Arteri Kaku? Makanlah Agar-Agar
- Judul superlatif
contoh : Dian Olivia, Perempuan tercantik Sejagat
- Judul bertanya
contoh : Pakai Kacamata Jadi Norak ?
- Judul dari titik pandang bentuk
contoh : Nyoblos Sih Gampang, yang Penting Duitnya…?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan judul, yaitu :
ritem (rima), humor, penyatuan kontras dan ironi, kategori the Take Off (semacam parodi dari judul buku, slogan iklan, program TV atau ekspresi-ekspresi populer lainnya), blurb(istilah bagi deretan kalimat keterangan yang diletakkan sebelum atau sesudah judul yang berfungsi menjelaskan judul, bukan untuk menegaskannya kembali.
Dalam menulis featurelead menjadi sebuah standar bagi penulisan berita dan feature.Lead dibuat untuk menarik perhatian pembaca untuk mengikuti, memperlancar penuturan dan pemaparan kisah.
Jenis-jenis lead, diantaranya : lead ringkasan, lead Humor, lead naratif, lead deskristif,lead kutipan, lead pertanyaan, lead pertanyaan mengejutkan, lead kejutan, leadgeneralisasi, lead informatif, lead menunjuk langsung, lead penggoda, lead teka-teki, leadpebandingan, lead seni dan lead gabungan.
Setelah menulis lead, barulah kita membuat badan tulisan. Hal yang menjadi acuan dalam membuat badan tulisan adalah menjaga pembaca agar tidak bosan dan penggunaan kutipan.
Kutipan memberi penjelasan yang membeberkan berbagai hal otentik mengenai berbagai subyek laporan. Tiap kutipan harus mewakili artukulasi keahlian orang yang mengungkapkannya. Berikut adalah cara merangkai tulisan dalam body :
- Paragraf diawali dengan bahan yang kuat untuk mendorong pembaca
- Menggunakan kata penghubung sehemat mungkin. Termasuk definisi biasa sebisa mungkin
- Memoles bagian sulit dan membosankan dengan human interst.
- Kutipan pakar
- Sederhana dalam analogi
- Uraikan bahan statistik
- Latar belakang

Disamping poin itu juga seorang penulis harus memperhatikan unity, coherence danemphasis dari tulisannya. Berikutnya, bagian penutup menjadi bagian maha penting dalam sebuah tulisan feature. Penulis harus bisa meringkas poin-poin penting di akhir atau menyajikan fakta baru sebagai akhir dari cerita.
Jenis-jenis penutup, yaitu : ringkasan, klimaks, cut back / flash back, model seutas benang, naratif, deskripsi, gabungan (informatif, ringkasan dan kejutan), dan tanpa penyelesaian.[6]

2.5 Tahapan Pembuatan Feature
a. tahap orientasi
b. proses
c. resolusi


Contoh Feature:



Dedeh Rosmana (48), Ibu dengan dua anak ini rupanya ber profesi sebagai tukang jahit di komplek perumahan Griya Bandung Indah sejak tahun 2008. Tujuh tahun sudah beliau menjadi tukang jahit rumahan, awalnya ibu dedeh ber profesi sebagai ibu rumah tangga saja menjaga kedua anaknya sambil menunggu suaminya pulang bekerja. Dengan pendapatan suaminya yang pas-pasan akhirnya beliau berfikir untuk membuka tempat jahit dirumahnya. Karena sebelum menikah, beliau sempat menjadi tukang jahit di sebuah butik rumahan dan kemampuan tersebut muncul karena pada saat sekolah menengah atas beliau sempat mengikuti kursus menjahit selama satu tahun. Walaupun uang dihasilkannya pas-pas an beliau tetap bersyukur dan selalu semangat pantang menyerah.

Dengan kemampuan tersebut akhirnya Ibu Dedeh membuka usaha jahit di rumahnya yang kecil dan sederhana. Menurut beliau, meskipun ia buka tukang jahit professional tapi ia tidak ingin mengecewakan pelanggan dengan hasil jahitannya. Dengan sikapnya yang baik terhadap tetangga dan warga lainnya maka dari itu Ibu Dedeh selalu dipercaya oleh warga setempat untuk menjadi tukang jahit yang recommended.

Saya sebagai salah satu langganannya tidak pernah kecewa dengan hasil kerja jahitannya, karena selama ini saya selalu berlangganan menjahit kepada beliau. Dan warga blok kami selalu mempercayakan kepada beliau apabila ada suatu acara kegiatan yang melibatkan harusnya ada pembuatan kostum. Seperti Ibu-ibu pengajian, PKK dll. Dengan hasil jahitnya yang tidak mengecewakan dan harganya pun sangat terjangkau.

Menurut saya, meskipun beliau hanya seorang tukang jahit rumahan di rumahnya yang kecil dan sederhana. Saya yakin suatu saat nanti beliau akan menjadi tukang jahit professional dan handal yang dapat dikenal di seluruh Indonesia  serta dapat mempunyai pegawainya sendiri, dengan usaha dan tekad yang ia lakukan pasti akan membawakan hasil yang baik untuk kedepannya.





BAB III

KESIMPULAN


Teknik penulisan feature menjadi sarana untuk mengembangkan gaya penulisan berita (news) yang mengupas masalah human interest, dan penulisan opini (views) sebagai sarana untuk memikat pembaca dengan sajian penulisan yang ringan, cair, dan tak sulit dipahami. Ada saatnya suatu berita tidak dapat ditulis dengan fakta liputan yang sebenarnya dikarenakan alasan kode etik jurnalistik. Pada saat itulah dunia sastra berbicara. Namun, kondisi ini telah dipelopori penulisannya oleh Wolfe dalam bentuk jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam hal kaitan penyajian serta perubahan konversi bentuk dan gaya pengulasan.
Dalam jurnalisme sastra telah disebutkan bahwa feature adalah kategori lain penulian koran yang pada saat itu mengedepankan model hard news. Pada tahun 1960-an, kelainan itu mulai didiskusikan kalangan akademisi yang berupaya membakukan tata nilai dalam dunia jurnalisme.
Dengan kedudukan yang sangat penting dan tak tergantikan tersebut, maka fungsi feature mencakup lima hal :
1.     Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news)
2.     Pemberi informasi tentang situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi
3.     Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan
4.     Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa
5.     Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak

Jenis-jenis feature:
Menurut Wolseley dan Campbell dalam  exploring Juornalism (Assegaff,1983:56), paling tidak terdapat enam jenis feature yang kita kenali sehari-hari: (1) feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah ( hystorical Feature), (3) feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seorang tokoh (bigrafical feature) (4) Feature perjalanan (travelogue feature), (5) Feature yang mengajarkan sesuatu keahlian atau petunjuk praktis ( how to do feature), dan (6) feature ilmiah (scientific faeture).


Secara umum feature memiliki struktur berupa model blok:
Kekuatan model penulisan blok juga dapat mempertahankan daya tarik cerita dari awal hingga akhir. Membuat cerita selalu menarik dan penuh kejutan.



DAFTAR PUSTAKA

Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Prakis untuk Pemula, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar